Kamis, 29 Juni 2023

Khutbah Idul Adha 1444 H | Menyingkap Pelajaran Seputar Sejarah Idul Adha


Menyingkap Pelajaran Seputar Sejarah Idul Adha

oleh: H. Muhammad Irfan Abdul Aziz

 

أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ.

اَلله أَكْبَر كبيرا والحمد للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لَا إِلهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ، صَدَق وَعْدَه ونصر عبدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لَا إِلهَ إلا اللهُ و اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلله اْلحَمْدُ.

الحَمْد لِله الذي خلَقَ الزّمَانَ، وَ فَضَّلَ بَعْضَهُ عَلَى بَعْضٍ، فخصَّ بَعْضُ الشُّهُوْر والْأيَّامِ وَالَليَالِي، بِمَزَايَا وَفَضَائِلَ يُعَظَّمُ فِيْهَا الأَجْرُ والحَسَنَاتُ. أشْهَدُ أَن لاَ إِلَهَ إلا اللهُ وَحْدَه لا شريك له، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، الدَّاعِى بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ. اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ علَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمّدٍ، وَعَلَى آلِه وأصْحَابِهِ، هُدَاةِ الأنَام في أنحاءِ البِلاَدِ. أمَّا بعْد،

فيا أيها النَّاسُ، اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ. قَالَ اللهُ تَعَالى في كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: "إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَالأَبْتَر."

 

Hadirin jama’ah shalat Idul Adha yang dirahmati Allah,

Allahu akbar, Allahu akbar, wa lillahilhamd.

Kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang telah menyampaikan kita pada Hari Raya Qurban nan penuh kemuliaan, pada bulan yang disucikan, yang diawali dengan sepuluh harinya nan istimewa.

Kita bersyukur kepada Allah subhanahu wa Ta’ala, yang telah melimpahkan nikmat yang teramat banyak, maka selayaknya kita menegakkan shalat kepada-Nya dan menyembelih Qurban karena-Nya.

Shalawat dan salam kita sanjungkan kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam sebagai pembawa pesan resmi dari Allah azza wa jalla. Kita berharap dengan mencintai Rasulullah Muhammad shalallahu alaihi wasallam maka akan terus mengalir rahmat-Nya kepada kita. Sebab, sesungguhnya mereka yang membenci Rasulullah Muhammad shalallahu alaihi wasallam akan terputus dari rahmat-Nya.

 

Hadirin jama’ah shalat Idul Adha yang dirahmati Allah,

Allahu akbar, Allahu akbar, wa lillahilhamd.

Di pagi hari Idul Adha ini, marilah kita tingkatkan kembali ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala. Ketakwaan yang akan melahirkan keridhaan terhadap segala perintah dan kehendak-Nya, sebagaimana ibunda Hajar akhirnya bertanya sepenuh ketakwaan saat bingung terhadap sikap suaminya Ibrahim alaihissalam yang tiba-tiba meninggalkannya bersama bayi mungilnya di padang gersang. “Apakah Allah yang memerintahkan hal ini kepadamu?” Ibrahim alaihissalam pun mengiyakan. Lalu Hajar berujar, “Kalau begitu, Allah tidak akan menyia-nyiakan kami.”

Sementara Ibrahim alaihissalam setelah beberapa langkah meninggalkan istrinya, seketika berbalik badan dan menengadahkan tangan berdoa kepada Allah azza wa jalla sebagaimana dalam surat Ibrahim ayat 37:

رَّبَّنَآ إِنِّىٓ أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِى بِوَادٍ غَيْرِ ذِى زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ ٱلْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ فَٱجْعَلْ أَفْـِٔدَةً مِّنَ ٱلنَّاسِ تَهْوِىٓ إِلَيْهِمْ وَٱرْزُقْهُم مِّنَ ٱلثَّمَرَٰتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ

Yaa Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah-Mu (Baitullah) yang dimuliakan. Yaa Tuhan kami, (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.

Begitulah istri yang bertakwa. Begitulah suami yang bertakwa. Mengembalikan semuanya kepada Allah azza wa jalla. Karena hidupnya orang beriman itu mengacu pada “apa maunya Allah” bukan “apa maunya saya / kita”.

 

Hadirin jama’ah shalat Idul Adha yang dirahmati Allah,

Allahu akbar, Allahu akbar, wa lillahilhamd.

Hari ini kita berada di bulan Dzul Hijjah 1444 H. Sesungguhnya 1442 tahun yang lalu, atau tepatnya bulan Dzul Hijjah 2 Hijriyah, telah terjadi Perang Sawiq antara pasukan Quraisy yang dipimpin oleh Abu Sufyan dan umat Islam yang langsung dipimpin oleh Rasulullah. Ini adalah perang balas dendam dari Musyrikin Quraisy yang merasa kesal karena dikalahkan oleh umat Islam pada Perang Badar 2 bulan sebelumnya yaitu pada bulan Ramadhan. Padahal jumlah umat Islam hanya sepertiga kekuatan Musyrikin Quraisy, namun ternyata mampu mengalahkan mereka. Oleh karenanya Abu Sufyan hendak membalasnya dengan membawa serta 200 pasukan langsung menuju Madinah. Hanya saja belum sempat terjadi peperangan, mereka telah lari terbirit-birit saat melihat Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam mulai mempersiapkan pasukan kaum muslimin. Sehingga perbekalan mereka pun ditinggalkan, termasuk berkarung-karung gandum yang akhirnya menjadi rampasan bagi kaum Muslimin. Sawiq dalam bahasa Arab artinya gandum, itulah sebab penamaan perang ini.

 

Hadirin jama’ah shalat Idul Adha yang dirahmati Allah,

Allahu akbar, Allahu akbar, wa lillahilhamd.

Hari ini kita berada di bulan Dzul Hijjah, bulan yang di dalamnya ada ibadah Haji. Sungguh, ini adalah ibadah dengan sejarah awalnya yang penuh lika-liku. Pada bulan Dzul Qa’dah 6 Hijriyah, Rasulullah bermimpi menunaikan umrah. Maka berangkatlah bersama 1400 kaum muslimin dengan perbekalan layaknya musafir. Namun sampai di Hudaibiyah, kaum muslimin tak dapat melanjutkan perjalanan karena tampak Musyrikin Quraish bersiap menghadang. Rasulullah pun mengutus Utsman bin Affan untuk menemui pembesar Quraisy guna memberitahukan bahwa niat mereka hanya ingin umrah, bukan berperang. Rupanya Utsman bin Affan justru ditahan oleh musyrikin Quraisy, sehingga Rasulullah pun menyeru sahabat-sahabatnya untuk melakukan Baiatur Ridwan, yang isinya janji setia untuk tetap bersama dan tidak saling berpencar. Melihat para sahabat Rasulullah mengikat janji setia semacam itu, musyrikin Quraisy pun merasa takut sehingga membebaskan Utsman dan mengirim utusan bernama Suhail bin Amru untuk membuat perjanjian Hudaibiyah. Perjanjian ini secara umum dinilai poin-poinnya sangat merugikan umat Islam. Namun Rasulullah tetap meminta para sahabat bersabar dan tetap berprasangka baik terhadap masa depan umat Islam.

Mereka kaum muslimin pun kembali ke Madinah dan menunda umrah di tahun berikutnya 7 hijriyah. Pada Umrah Qadha 7 hijriyah, jamaah yang ikut sebanyak 2000 kaum muslimin selain perempuan dan anak-anak. Jamaah Umrah itu ihram dari Dzul Hulaifah dan berangkat dengan membawa senjata sebagai antisipasi terhadap sikap musyrikin Quraisy. Saat melakukan thawaf mengelilingi Ka’bah, musyrikin Quraisy memperhatikan dengan seksama dari bukit Qu’aiqi’in di bagian utara. Hanya 3 hari umat Islam diperkenankan berdiam di Makkah, karena pada hari keempat musyrikin Quraisy pun mengusir umat Islam agar segera keluar dari Makkah.

Setahun pasca Umrah Qadha ini rupanya harapan akan kemenangan Islam semakin nyata. Perjanjian Hudaibiyah yang awalnya disangka merugikan umat Islam hingga sepuluh tahun ke depan, ternyata hanya bertahan setahun karena adanya pengkhianatan dari musyrikin Quraisy terhadap isi perjanjian. Rasulullah pun segera mengirim 10 ribu pasukan ke Makkah, jumlah yang menakutkan bagi musyrikin Quraisy hingga akhirnya dapat memasuki kota Makkah dengan damai.

Setelah Pembebasan Kota Makkah, akhirnya umat Islam menunaikan Haji pada tahun 10 hijriyah. Sebanyak 100 ribu muslim ikut serta. Rasulullah berkhutbah di Arafah, dengan dibantu oleh Rabiah bin Umayyah bin Khalaf yang masuk Islam saat Fathu Makkah. Ayahnya yaitu Umayyah bin Khalaf termasuk musuh dakwah yang sangat keras. Seorang pecinta harta, yang konon membodohi peziarah makkah untuk terus mengagungkan berhala-berhala demi keuntungan yang ia dapatkan. Hingga Allah subhanahu wata’ala mengabadikannya dalam surat al Humazah.

Ia juga yang marah ketika Rasulullah hadir untuk menghilangkan Politheisme dan Khurafat, karena akan mengurangi para peziarah berhala di Makkah yang akan berdampak pada pendapatannya. Ia kemudian menawari Rasulullah untuk ganti-gantian menyembah Allah dan berhala mereka. Hingga diabadikan dalam surat al Kafirun.

Ia juga yang mengepung rumah Rasulullah saat hendak hijrah. Ia yang dahulu menyiksa Bilal bin Rabah, lalu menjualnya hingga harga 9 Uqyah emas atau senilai 150 juta rupiah. Ia yang kemudian terbunuh saat perang Badar. Akhirnya dari keturunannya ada yang masuk Islam, bahkan menjadi penyambung suara Rasulullah saat khutbah Arafah yang kemudian dikenal sebagai khutbah wada’ (Khutbah Perpisahan). Hajinya pun sekaligus menjadi Haji Wada’ (Haji Perpisahan). Dalam khutbah Rasulullah, tersirat pesan-pesan bahwa tak lama lagi Rasulullah akan wafat. Pesan itulah yang tertangkap oleh Abu Bakar hingga seketika menangis saat mendengar khutbah Rasulullah.

 

Hadirin jama’ah shalat Idul Adha yang dirahmati Allah,

Allahu akbar, Allahu akbar, wa lillahilhamd.

Ada satu hal yang juga perlu kita ingat. Setelah Ibrahim alaihissalam mengantarkan Hajar ke Makkah, iapun menuju kota al Khalil. Kota yang hari ini turut ternistakan oleh Zionis, dan mereka namakan sebagai kota Hebron. Kota yang berjarak 32 KM dari kota Al Quds tempat Masjid Al Aqsha berada. Maka mensyiarkan Idul Adha, mengenang Ibrahim Bapak Para Nabi, tentunya juga tak melupakan Palestina negeri para Nabi yang hingga kini masih terjajah oleh Zionis. Umat Islam di sana mewakili umat Islam sedunia untuk menjaga kesucian tanahnya. Maka kita mestinya terus memberikan dukungan moril maupun materil hingga tanah para Nabi itu terbebas dari penjajahan yang menistakan.

 

Hadirin jama’ah shalat Idul Adha yang dirahmati Allah,

Allahu akbar, Allahu akbar, wa lillahilhamd.

Sebentar lagi kita akan menyembelih hewan Qurban. Kita akan bersama-sama menyaksikan syariat penyembelihan yang mulia dalam Islam. Yang mensyaratkan proses penyembelihan harus dengan benda tajam yang dapat mengalirkan darahnya, menyembelihnya di bagian leher karena merupakan cara yang paling mudah dan tidak menyakitkan, serta memulai dengan menyebut Asma Allah dan bukan nama-nama selain-Nya.

Begitulah kerahmatan syariat Islam. Penuh adab bahkan kepada binatang. Menyebut nama Allah sebagai etika meminta izin kepada Dzat Yang Maha Memiliki segalanya.

 

Hadirin jama’ah shalat Idul Adha yang dirahmati Allah,

Allahu akbar, Allahu akbar, wa lillahilhamd.

Terakhir, pada episode Hajar mencari air, hingga berlari tujuh kali dari bukit shafa ke bukit marwah. Dan akhirnya air itu justru muncul di dekat kaki bayinya Ismail. Sesungguhnya kita mendapatkan pelajaran, bahwa Allah subhanahu wata’ala selalu meminta kesungguhan kita dalam berusaha. Meskipun usaha itu harus berulang hal yang sama. Namun yakinlah, Allah akan menurunkan pertolongannya saat kita merasa tak berdaya lagi. Sehingga kita bersyukur kepada-Nya, dan meneguhkan bahwa Allah Yang Maha Kuasa.

 

Hadirin jama’ah shalat Idul Adha yang dirahmati Allah,

Allahu akbar, Allahu akbar, wa lillahilhamd.

Demikianlah khutbah Idul Adha kali ini. Khatib sengaja menyajikan banyak fragmen, meski tak utuh. Harapannya sepulang dari lapangan ini, kita tergerak untuk menyeksamai interaksi Ibrahim dan Hajar, mencari informasi tentang kota al Khalil atau Hebron, serta menghayati syariat penyembelihan dalam Islam. Selain itu, kita juga tergerak membaca shirah tentang peperangan di masa Rasulullah, tentang perjanjian Hudaibiyah, hingga tentang Haji Wada’.

Mari kita jadikan momentum Idul Adha ini, sebagaimana ragam sejarah yang melingkupinya, sebagai titik tolak penyegaran ketakwaan kita, peningkatan kewaspadaan pada setiap ancaman bagi umat Islam, serta momen menguatkan prasangka baik kita kepada setiap ketetapan Allah dan masa depan dakwah Islam. Malulah kepada Ibrahim, yang memiliki etika tinggi kepada Rabb-nya. Malulah kepada Hajar, yang tak kenal lelah dan putus asa berusaha. Menjadilah seperti mereka, agar keimanan dan ketakwaan kita terbukti nyata adanya.

 

اَلله أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ.

فيا أيها الناسُ، اِتَّقُواللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَ انْتَهُوْا عَمَّا نَهَى، وَاعْلَمُوْا أَن َّاللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَ ثَـنَى بِمَلآئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ، وَقَالَ تَعاَلَى: إِن َّاللهَ وَ مَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلى النَّبِيْ يآ أيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَل ِّعَلَى محمدصلى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ، وَ عَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، وَ عَلَى اَنْبِيآئِكَ وَ رُسُلِكَ و مَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِينَ، وَ ارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَ عُمَر وَ عُثْمَان و علي، و عن بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ، وَ تَابِعِي التَّابِعِيْنَ، لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْم ِالدِّيْن،

وَرْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

اَللهُم َّاغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَ اْلمُؤْمِنَات، والمسلمين والمسْلِمَاتِ، الاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَ الاَمْوَاتِ.

اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْن، وأَذِلَّ الشِّرْكَ وَ اْلمُشْرِكِيْنَ، وَ انْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ، وَ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْن، وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ، وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ، وَ اعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ.

اللهم ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَ اْلوَبَاءَ والزَّلَازِلَ والمِحَنَ، وَ سُوْءَ اْلفِتْنَةِ و اْلمِحَن، مَا ظَهَرَ  مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَ سَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً، يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ.

رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِى الآخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَ اِنْ لَمْ تَغْفِرْلَنَا وَ تَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ العِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلَامٌ على المُرْسَلِيْنَ، والحمدلله ربِّ العالمين.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Tidak ada komentar: