Kamis, 29 Maret 2018

Ini Edaran Larangan dari Yahudi untuk Umat Islam yang Ditempel di Dinding Masjid Al Aqsha



Kepada Penduduk Muslim Al Quds
Assalamu’alaykum

Perihal: Kewajiban Agama Bagi Masyarakat Yahudi
            untuk memotong sembelihan di Hari Paskah

Kami dari masyarakat Yahudi menyampaikan kepada kalian dan meminta kalian untuk meninggalkan daerah Bukit Kuil. Dan ini sebelum tanggal 14 bulan Nisaan (30/3/2018) jam 06.00 pagi.

Ini demi kelancaran pelaksanaan ibadah agama Yahudi yaitu penyembelihan pada Hari Paskah di Bukit Kuil.

Kami berterima kasih kepada kalian atas kerjasamanya dengan kami masyarakat Yahudi.



Seruan itu disampaikan pada Selasa lalu tanggal 27 Maret, dan ditempel di gerbang masjid al Aqsha. Alasannya untuk merayakan ibadah Paskah mereka, tapi meminta umat Islam mengosongkan Bukit Kuil. Tahukah kita, apa itu Bukit Kuil?

Yaitu bukit yang di atasnya berdiri Masjid Al Aqsha, masjid kedua yang dibangun di muka bumi setelah Ka’bah. Bukit Kuil sendiri memang sebutan orang Yahudi bagi Masjid Al Aqsha. Artinya, mereka melarang umat Islam untuk shalat Jum’at di Masjid Al Aqsha pada pekan ini.

Inilah kali pertamanya mereka melakukan penistaan dengan meminta umat Islam mengosongkan masjid Al Aqsha dengan alibi ibadah mereka. Bahkan saat ini mereka telah berlatih menyembelih domba-domba di dekat dinding bagian selatan Masjid Al Aqsha. Lalu, besok tanggal 30 Maret mereka akan menyembelihnya di dalam areal Masjid Al Aqsha tepat di arah kiblat. Sungguh, ini pertama kalinya mereka melakukan tepat di samping dinding masjid Al Aqsha dan esok meminta umat Islam mengosongkan Masjid Al Aqsha yang notabenenya warisan umat Islam.

Masjid Al Aqsha sedang menjadi target penodaan dari agresi Yahudi sepanjang tahun ini. Bahkan kota Al Quds akan dijadikan ibukota mereka. Bila Al Quds menjadi ibukota, maka pemerintahan kota Al Quds pun beralih ke tangan penjajah Israel. Dan bila pemerintahan beralih ke tangan mereka, akankah Masjid Al Aqsha tetap menjadi milik kita umat Islam? Dan, kita masih diam saja?

Sementara besok 30 Maret juga bertepatan sebagai Hari Bumi Palestina. Inilah hari duka sejarah 30 Maret 1976, dengan terjadinya kekejaman penjajah Israel kepada penduduk Palestina yang menyebabkan sejumlah besar penduduk Palestina terusir dari negerinya.

Bermula saat penjajah Israel melarang penduduk Palestina untuk bertani di ladang-ladang mereka, khususnya di daerah Mal. Larangan itu diberlakukan pada 1 Februari 1976. Rupanya larangan itu bukan sekadar larangan. Penjajah Israel benar-benar ingin membuat penduduk Palestina tak mendapatkan penghidupan lalu diusir dari tanah airnya. Hal itu diketahui setelah sebulan kemudian (1 Maret 1976) ada bocoran dokumen yang memerintahkan tentara penjajah Israel untuk mengusir penduduk Hebron, guna menjadikan wilayah itu sebagai perkampungan Yahudi.

Masyarakat pun marah. Para pemimpin suku dan tokoh masyarakat lalu berkumpul di daerah Syifa Amru pada 25 Maret 1976 dan bersepakat untuk melakukan aksi mogok sebagai bentuk protes. Pada tanggal 29 Maret, dimulailah aksi mogok massal tersebut. Mereka menuntut penjajah Israel yang telah mencaplok tanah mereka. Ada kota Deir Hana, kota Arabah, kota Syakhin, dan lainnya.

Kondisi semakin tegang, bahkan 2 pejuang Palestina telah terbunuh oleh penjajah. Bukannya mereda, penjajah justru semakin keji. Mereka mulai memberlakukan jam malam, pada malam 30 Maret. Rakyat pun tidak tinggal diam. Pagi harinya tanggal 30 Maret, rakyat berbondong-bondong keluar di jalanan kota Kafr Kana, Athibah dan Mukhayyam Nur Syams. Syuhada pun bertambah. Jadilah ini hari ketika tanah-tanah Palestina massif dirampas oleh penjajah Israel. Dan rakyat Palestina yang hingga hari ini menjadi pengungsi di berbagai negara, tetap punya harapan untuk kembali dan siap merebut tanah airnya dari penjajah yang telah menistakan.

Nah, setiap tanggal 30 Maret, bangsa Palestina menjadikannya sebagai momentum untuk mengembalikan para pengungsi Palestina yang tersebar di berbagai negara. Utamanya para pengungsi yang hari ini masih bertahan tidak jauh dari perbatasan karena tanah mereka telah dirampas oleh penjajah Israel. Maka, pada 30 Maret 2018 ini, kembali digelorakan Pawai Akbar Kepulangan ke tanah air mereka. Pawai damai, tanpa senjata dan batu. Pawai kebangsaan, pawai yang legal menuntuk menuntuk hak mereka.

Aksi ini semakin besar setelah Gaza diblokade pada tahun 2007. Sebelas tahun telah berlalu, dan blokade belum dibuka oleh penjajah Israel. Kondisi sosial-ekonomi di dalam Gaza semakin memprihatinkan. Lebih dari setengah penduduk Gaza di bawah garis kemiskinan. Krisis energi dan makanan semakin memprihatinkan. Namun dalam kondisi seperti itu, mereka tetap teguh menjaga tanah Gaza agar tetap menjadi milik bangsa Palestina. Mereka tak ingin keluar hanya demi mendapatkan keleluasaan hidup, namun menggadaikan tanah airnya.

Lalu, akankah kita tetap membiarkan mereka sendirian? Mereka yang telah menjaga masjid Al Aqsha agar tetap menjadi milik umat Islam. Di mana peran kita?

6 komentar:

Ernawati Lilys mengatakan...

Semoga kita bisa bantu saudara muslim di mana pun berada. Islam kuat karena persatuannya. Semoga Allah juga melindungi umat islam sedunia ya.

Lina W. Sasmita mengatakan...

Makin berani banget mereka ya. Semoga muslim di sana semakin bersabar.

Mira Kaizen mengatakan...

Masya Allah, Masyarakat palestina menjadi sengsara ni negeri sendiri. Semoga Allah selalu memberikan perlindungan dan keajaiban kepada warga palestina. semoga kita juga bisa membantu palestina, minimal dengan doa terbaik untuk muslim d palestina. Aamiin.

Junita Susanti mengatakan...

Semoga saudara-saudara kita di Palestina semakin kuat....

Fauziah Rachmawati mengatakan...

semog akita bisa membantu saudara-saudara di sana.. semoga saudara-saudara di Palestina selalu dalam lindungan ALlah.. aamiin

Ilham Sadli mengatakan...

Semoga Allah selalu melindungi para jendral garda depannya disana...