Senin, 30 April 2018

MEREKA YANG BERALASAN


Mereka yang beralasan, seperti orang-orang yang tak turut ke Hudaibiyah bersama Rasulullah. Bila dijumpai, maka alasannya klise. "Kami telah disibukkan oleh harta dan keluarga kami," begitu ujar mereka. Lalu di ujung alasan itu mereka tambahkan, "Maka mohonkanlah ampunan untuk kami."


Benarkah demikian? Mungkin saja benar. Tapi, siapa yang tak punya harta dan tak punya keluarga? Meskipun sedikit dan sekecil apapun. Maka, semua kita selalu ada kesibukan bagi harta dan keluarga masing-masing. Bedanya, ada yang mau menyelesaikan kesibukannya dan ada yang membiarkan diri tersibukkan.

Nah, kalaupun alasan mereka benar, apakah benar itu pangkal alasannya? Atau alasan itu hanyalah alasan turunan dari pangkal sesungguhnya?

Inilah yang kemudian ditegaskan oleh Allah subhanahu wata'ala selanjutnya. "Mereka mengucapkan sesuatu dengan mulutnya apa yang tidak ada dalam hatinya." Begitu firman-Nya dalam surat Al Fath ayat 11.

Lalu, Allah subhanahu wata'ala memerintahkan kepada Rasul-Nya untuk mengatakan, "Maka siapakah yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah jika Dia menghendaki bencana terhadap kamu atau jika Dia menghendaki keuntungan bagimu? Sungguh, Allah Maha teliti dengan apa yang kamu kerjakan."

Itu jawaban bagi mereka yang meminta untuk dimohonkan ampunan, setelah semena-mena melalaikan.

Sungguh, apa yang mereka katakan tak sesuai dengan hatinya. Benarkah mereka lalai, atau sengaja melalaikan? Benarkah sekadar karena harta dan keluarga, atau karena keraguan kepada Allah dan Rasul-Nya?

Lalu, bila semula tak turut serta karena keraguan, kenapa kini minta dimohonkan ampunan? Sudahkah keraguan itu berubah menjadi keyakinan? Atau hanya karena keraguan mereka tak terbukti, lalu seketika bersikap seakan yakin bahwa Allah Maha Pengampun? 

Maka siapakah yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah jika Dia menghendaki bencana terhadap kamu atau jika Dia menghendaki keuntungan bagimu?

Oleh karena itu, ditambahlah di ayat 12, "Bahkan (semula) kamu menyangka bahwa Rasul dan orang-orang Mu'min sekali-kali tidak akan kembali lagi kepada keluarga mereka selama-lamanya, dan dijadikan terasa indah yang demikian itu di dalam hatimu, dan kamu telah berprasangka dengan prasangka yang buruk, karena itu kamu menjadi kaum yang binasa." Semua itu diungkapkan Allah, karena Allah Maha Teliti. Allah tahu yang mereka sangkakan, Allah tahu yang mereka rasakan.

"Dan barangsiapa tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir itu neraka yang menyala-nyala." Begitu pungkas di ayat ke-13.

Jadi, ini bukan perkara sibuk-tersibukkan, melainkan ini perkara sangka dan rasa. Mereka telah salah menyangka, mereka telah salah merasa. Itu karena mereka tak yakin dengan Allah dan Rasul-Nya.

Ya Allah, perbaikilah persangkaan kami kepada-Mu dan Rasul-Mu, serta kepada orang-orang beriman. Agar baik pula perasaan kami terhadap semua perintah-Mu dan perintah Rasul-Mu, serta kehendak orang-orang beriman.


Jakarta, 9 April 2018

Tidak ada komentar: