Senin, 04 April 2016

SIAPAKAH MASYARAKAT BERPERADABAN?

sumber: akarsejarah.wordpress.com

Bila dikatakan bahwa masyarakat Islam adalah masyarakat yang berperadaban, sementara masyarakat jahiliyah adalah masyarakat yang tidak berperadaban; apakah benar? Mari kita cermati beberapa indikasi dari masyarakat Islam dan masyarakat jahiliyah berikut.


Indikasi masyarakat Islam. Pertama; manusia dilepaskan dari penghambaan kepada sesama menuju penghambaan kepada Allah semata, sehingga merasakan kebebasan dan memiliki martabat yang hakiki. Kedua; menghimpun manusia atas kebebasan kehendak dan pilihan dengan landasannya adalah ruh dan akal. Ketiga; menitik pada sisi kemanusiaan.

Indikasi masyarakat jahiliyah. Pertama; sebagian manusia membuat aturan yang menekan sesamanya dan menundukkan sebagian lainnya. Kedua; menghimpun manusia atas kepentingan di luar naluri manusia seperti kewarganegaraan, kebangsaan, warna kulit, dan tanah air. Ketiga; menitik pada sisi materi.

Setelah kita cermati indikasi-indikasi tersebut, maka benarlah bila dikatakan bahwa masyarakat Islam adalah masyarakat yang berperadaban. Tidakkah kebebasan dan martabat yang hakiki adalah standar beradab? Sedangkan sikap saling menekan dan menundukkan sesama manusia adalah tanda pandangan sempit yang tidak beradab.

Tidakkah membebaskan manusia sesuai kehendak dan pilihannya berdasar ruh dan akal adalah standar beradab? Sedangkan memaksakan kepentingan di luar naluri manusia adalah tanda pemaksaan yang tidak beradab. Sebab manusia tetaplah manusia meski tanpa kewarganegaraan, kebangsaan, warna kulit, dan tanah air. Namun manusia tidak lagi sebagai manusia bila tanpa ruh dan akal. Karenanya manusia bisa saja beralih aqidah, konsepsi, pemikiran, serta pedoman kehidupan. Namun tidak bisa mengubah kesukuan dan warna kulit, karena tidak bisa menentukan tempat lahir dan orang tua.

Tidakkah menitikkan pada sisi kemanusiaan adalah standar beradab? Sedangkan menitikkan pada sisi materi adalah tanda mengeliminasi kemanusiaan yang tidak beradab. Meskipun pencapaian fisik merupakan salah satu faktor pendukung kedudukan manusia sebagai khalifah di muka bumi, namun khilafah tetaplah bukan nilai tertinggi bila tidak menghargai unsur kemanusiaan.

Dari tiga indikasi tersebut, maka jelaslah bagi kita bahwa sesuatu itu berperadaban bila telah memenuhi aspek Kemerdekaan hakiki bagi setiap manusia, menghormati Ruh dan Akal yang dimiliki setiap manusia, serta memperhatikan Nilai kemanusiaan bagi setiap dinamika kehidupannya.

Masyarakat Islam dan Masyarakat Jahiliyah

Begitulah masyarakat Islam sebagai masyarakat yang berperadaban. Sementara masyarakat jahiliyah sebagai masyarakat yang tidak berperadaban. Sesungguhnya apa yang dimaksud masyarakat Islam dan apa yang dimaksud masyarakat jahiliyah?

Sederhananya, masyarakat Islam adalah masyarakat yang mempraktekkan bimbingan Islam dan masyarakat jahiliyah adalah masyarakat yang tidak mempraktekkan bimbingan Islam. Adapun praktek bimbingan Islam ini mencakup Aqidah, Ibadah, Syariat dan Akhlak.

Bekal peradaban itu adalah bimbingan Islam, sebab itulah bimbingan dari Pencipta dan Penguasa alam semesta. Yang Maha Tahu akan segala isi peradaban ciptaan-Nya. Maka tidak cukup dengan berislam, namun juga hendaknya mempraktekkan bimbingan Islam. Karenanya meski beragama Islam, bisa pula terjatuh dalam kejahiliyahan bila tidak mempraktekkan bimbingan Islam.

Sebagaimana jahiliyah itu mewujud karena dua hal. Pertama; karena mengakui Tuhan berkuasa atas kerajaan langit, namun tidak mengakui Tuhan berkuasa atas kerajaan bumi. Kedua; karena mempersilahkan penyembahan kepada Tuhan, namun melarang berpedoman dengan syariat-Nya.

Inilah yang dinyatakan dalam surat az Zukhruf ayat 84, “Dan Dia-lah Tuhan (yang disembah) di langit dan Tuhan (yang disembah) di bumi dan Dia-lah yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.”

Perbedaan Mendasar

Dalam masyarakat yang berperadaban, sendi utamanya adalah keluarga. Pada keluarga itulah terdapat pembagian tugas antara suami dan istri, serta prioritas pendidikan anak-anak. Sebab nilai-nilai dan moralitas mustahil tumbuh di dalam satuan wadah selain keluarga.

Sementara dalam masyarakat jahiliyah, sendi utamanya adalah seks bebas. Sehingga tidak ada tanggungjawab laki-laki dan perempuan, serta mengabaikan pendidikan generasi masa depan. Maka nilai-nilai dan moralitas pun tak mungkin tumbuh dalam kondisi masyarakat seperti itu.

Padahal perbedaan mendasar berperadaban itu ada pada nilai-nilai dan moralitas. Bila nilai-nilai dan moralitas tiada dalam sebuah masyarakat, maka tiada pula wujud masyarakat berperadaban.

Bagaimana Membangun Peradaban?

Mulanya adalah pergerakan sekelompok orang, hingga kemudian terbangunlah masyarakat. Namun meskipun masyarakat telah terbangun, pergerakan sekelompok orang di dalam masyarakat tersebut hendaknya tetap berjalan. Sebab dari pergerakan sekelompok itulah, dapat dilakukan penilaian kapasitas tiap-tiap individu dalam masyarakat sehingga dapat ditentukan tugas dan kompetensi masing-masing. Demikianlah setiap individu anggota masyarakat harus berinisiatif pergerakan, sehingga sempurnalah susunan masyarakat dengan keseimbangan antara jumlah anggota dan jumlah tugasnya.

Begitulah proses terbangunnya sebuah peradaban. Pergerakan sekelompok orang itu awalnya mungkin tidak disadari kebanyakan manusia. Setelah muncul dan mulai disadari, sangat mungkin terjadi konflik dalam masyarakat baru tersebut yang memiliki keyakinan dan konsepsi tersendiri. Tetapi seiring perkembangannya, akan dapat menyeimbangkan masyarakat dengan keyakinan dan konsepsi tersebut.

Memahami Peradaban Islam

Peradaban Islam adalah peradaban yang mengakomodasi implementasi nilai-nilai kemanusiaan, bukan kemajuan teknologi, ekonomi, ataupun ilmu pengetahuan yang diiringi keterbelakangan nilai-nilai kemanusiaan. Dengan demikian, peradaban Islam sangat mungkin diwujudkan di setiap tempat dan lingkungan manapun yang bisa mengakomodasi nilai-nilai kemanusiaan.

Peradaban Islam memiliki bentuk yang beragam, namun asas dan nilainya bersifat permanen. Yaitu beribadah kepada Allah, berhimpun karena aqidah, berpedoman pada manhaj-Nya, serta menjunjung nilai kemanusiaan yang sejati. Bila asas dan nilai tersebut tidak ada, maka bukanlah peradaban Islam.

Ketika peradaban Islam telah terwujud, ia memanfaatkan kemajuan yang ada lalu mendorongnya untuk terus berkembang dengan terus menjunjung tinggi orientasinya. Jika belum ada kemajuan, maka peradaban Islam akan memeloporinya dan menjamin berkembangnya hingga mapan. Demikianlah Islam membangun peradabannya dengan berlandaskan pada nilai-nilai kemanusiaan, sehingga cocok pada semua situasi dan kondisi.


من كتاب معالم في الطريق لسيد قطب

Tidak ada komentar: