Kamis, 07 April 2016

[Pelajaran VI] BEBERAPA TAHUN LALU…


Akan tetapi, ke mana?” Begitu tanya Asaduddin Syirkuh kepada kakaknya Najmuddin Ayyub. Sang kakak telah memutuskan untuk menetapi apa yang diminta oleh Bahrus (salah seorang Gubernur Kesultanan Saljuk), bahwa keluarga Ayyub harus keluar dari benteng Tikrit. Dan Najmuddin pula yang telah mengintruksikan kepada seluruh keluarga dan warganya untuk keluar dari benteng yang telah mereka diami bermasa lamanya itu sebelum matahari terbit esok harinya.


Asaduddin Syirkuh selaku panglima tentu tidak bisa menolak, namun juga belum tenang karena belum mengetahui tempat yang akan dituju. Bukan hanya dituju, melainkan juga untuk ditempati keluarga besar mereka. Itu perkara yang tidak sederhana.

Tapi sang kakak yang juga pemimpin di keluarga Ayyub dan seluruh penghuni benteng Tikrit tersebut menjawab dengan tenang meski hatinya masih gundah. Tidak ada orang yang mungkin menerima kita selain Imaduddin.”

Di saat semua khawatir pembalasan dendam Bahrus dan pasukan Baghdad, Imaduddin Zanki tidak demikian. Ia adalah laki-laki yang tangguh,” lanjut Najmuddin Ayyub menjelaskan alasannya di hadapan para jajarannya.

Salah seorang dari mereka lalu bertanya, Mengapa kau yakin dia siap berkorban untuk menolong kita?”

Karena kami beberapa tahun lalu mengorbankan jiwa untuk menyelamatkannya,” jelas Najmuddin Ayyub. Dan kita meminta bayaran harganya sekarang.”

Demikianlah kehidupan. Seperti Allah azza wa jalla pernah memberi perumpamaan terkait perputaran zaman pasca peristiwa Uhud dengan firman-Nya dalam surat Ali Imran ayat 140. “…Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.”

Itu pula yang terjadi di banyak fenomena sejarah. Termasuk dalam sejarah keluarga Zanki dan keluarga Ayyub. Sebelumnya, keluarga Ayyub yang menolong keluarga Zanki karena menjadi buruan akibat pertentangannya dengan Khalifah Kesultanan Saljuk. Lalu bertahun kemudian, keluarga Ayyub yang membutuhkan pertolongan keluarga Zanki karena pengusiran salah seorang gubernur Kesultanan Saljuk.

Dari kesadaran inilah, kita akhirnya juga dapat menemukan pelajaran. Bahwa kita tidak pernah tahu bagaimana keadaan di masa yang akan datang. Maka selagi kita punya kemampuan menolong orang lain, maka tolonglah! Mungkin saja suatu saat kita yang membutuhkan pertolongan.

Tentu, kita menolong dalam kebaikan dan ketakwaan. Dan pertolongan Allah hanya bagi mereka yang selalu sedia menolong sesamanya. Begitulah… Keluarga Ayyub telah meninggalkan hikmah ini. Keluarga Ayyub pula yang telah menemukan kebenaran hikmah ini.

Maka, Imaduddin Zanki dipilih untuk menjadi tujuan setelah keluarga Ayyub terusir. Selain karena Imaduddin adalah sosok pemimpin yang berani dan setia menghimpun kekuataan umat Islam sehingga layak memberikan pengayoman, juga karena seperti yang dikatakan oleh Najmuddin Ayyub, Karena kami beberapa tahun lalu mengorbankan jiwa untuk menyelamatkannya. Dan kita meminta bayaran harganya sekarang.”

Demikianlah Najmuddin Ayyub mengingatkan kepada generasi muda dari keluarga Ayyub, tentang beberapa tahun lalu. Ya, ‘beberapa tahun lalu’. Penting bagi setiap generasi baru memahaminya, agar arif dalam menyambung sejarah pendahulunya.



Rabu, 6 April 2016
Muhammad Irfan Abdul Aziz

Tidak ada komentar: