Senin, 14 September 2015

PENGHAYATAN JELANG IDUL ADHA


‎#1
Idul Fitri itu hantarkan kita pada kefitrahan diri. Idul Adha hantarkan kita pada semangat memberi dan berkorban. Maka jiwa yang telah terbarukan kefitrahannya itu, kan bergerak produktif-efektif. Ia tak sekadar mesin murni yang tanpa bahan bakar. Ia menjadi shalih (bagi dirinya) yang mushlih (bagi lingkungannya). Begitulah dua kumparan gerak muslim di medan kehidupan.
#2
Fitrah itu bahan dasar mengarungi kehidupan. Berbagi dan berkorban adalah percikan dari bahan dasar yang akan menjadi letupan-letupan energi sepanjang hayat. Sinambung seiring usianya, menjadi produktif-efektif yang solutif. Tersebab komitmennya dengan keaslian dzikir pada amaliyah penyucian (puasa-Idul Fitri) dan pengembangan fikir pada amaliyah peradaban (haji-Idul Adha).

#3
Dahulu di berkah Ramadhan, siang - malam dalam perenungan diri ‘menyepi’. Hingga tunaikan Zakat Fitrah dengan standar ‘kecukupan’. Kini di berkah 10 hari awal Dzul Hijjah, bergemanya syiar jama’ah haji, sampai berhimpunnya dari ragam bangsa di Mina-Arafah-Muzdalifah-Masjidil Haram. Sehingga cita rasa peradaban itu dimiliki muslim sedunia, baik mereka yang menunaikan haji berkumpul di Tanah Suci pun bagi yang tiada berhaji tunaikan Qurban dengan standar ‘kemampuan’. Maka, pada akhirnya kita tak hanya ‘cukup’, tapi hendaknya juga ‘mampu’.

#4
‘Cukup’-nya fitrah kita untuk bertahan. Namun ‘mampu’-nya berbagi dan berkorban kita untuk membangun. Dan hidup kita tentu bukan sekadar untuk bertahan, namun juga membangun. Bukan hanya untuk ibadah, namun juga khilafah. Maka, di ‘mampu’ itu kita perlu tingkatkan kapasitas diri; perasaan, wawasan, kebugaran, ke’uang’an, kemauan, dan keyakinan. Rasanya, Idul Adha adalah ajang peningkatan itu semua.

#5
Di arena Haji - Idul Adha, perasaan kita dipacu dengan sejarah pengorbanan Ibrahim alaihissalam dan Ismail alaihissalam, serta realitas beratnya medan haji, pun terpampangnya tampilan kondisi ummat di seantero bumi. Wawasan kita terbarukan dengan interaksi muslim sedunia; ragam usia, postur-rupa, pendidikan, ekonomi, sosial, dan bangsa. Kebugaran kita ditempa di beratnya olah fisik manasik haji. Ke’uang’an kita dihajatkan dengan kehendak Haji dan Qurban. Kemauan kita tergali dari rasa haru-biru pada keagungan balasan ibadah Haji dan Qurban. Sementara, keyakinan kita tertajamkan pada sebuah realita bahwa ketauhidan mutlak pada Allah azza wa jalla. Pada-Nya kehendak dan arah segala ritme kehidupan.

#6
Maka, selepas Haji & Idul Adha, hendaknya tiada cemas tuk arungi kehidupan. Kita hanya tunaikan amanah-amanah Illahi. Ujung perjalanan hidup dan perjuangan dakwah sudah tertetapkan, yakni kemenangan al Haq atas Bathil, keadilan atas kezaliman, kemashlahatan atas kemudharatan. Maka sedikit apapun sumber daya yang kita punya, tunaikanlah. Itu lahir dari spirit berbagi dan berkorban. Yang dari spirit itu pula, kita hajatkan tuk peroleh rahmat Allah subhanahu wa ta'ala di muka bumi ini lebih banyak lagi. Meningkatkan sumber daya, guna tertunaikan aksi berbagi dan berkorban yang lebih dahsyat lagi.


@Selamat Jelang Idul Adha, Serap Spirit Berbagi dan Berkorban untuk Kejayaan Bangsa dan Ummat di masa depan..

__________
M Irfan Abdul Aziz

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Terima kasih sharingnya ustadz.

Kirain yg foto yg atas itu adl yg siap potong :p

Irfan Azizi mengatakan...

hehehe... kang Ded