Kamis, 01 September 2016

MENEMUKAN TITIK-TITIK MASJID DI ANTARA OBJEK WISATA BENGKULU


Sudah sepekan perjalanan Tim Touring JPRMI ‘Jelajah Masjid Sumatera’. Akhirnya tiba juga di provinsi Bengkulu. Bila kita menyisir garis pantai selatan pulau Sumatera, maka akan bertemu provinsi ini. Karena ia terletak di bagian Barat Daya pulau Sumatera.


Inilah provinsi ke-26 dalam sejarah pemerintahan Republik Indonesia yaitu sejak 18 November 1968, setelah sebelumnya sebagai wilayah Karesidenan dalam provinsi Sumatera Selatan. Nama ibukotanya sama dengan nama provinsinya, yaitu kota Bengkulu.

Bila kita memasukinya, berarti kita telah menjelajah sumatera yang sebenarnya. Sebab di provinsi inilah beragam objek wisata dan sejarah berhimpun. Semoga dengan touring Jaringan Pemuda dan Remaja Masjid Indonesia (JPRMI) kali ini, menambah kekayaan Bengkulu dengan data-data lokasi masjid yang tak kalah dengan lokasi-lokasi wisatanya. Bahkan mungkin masjid-masjid yang akan digabungkan dalam aplikasi android AyokeMasjid itu juga dapat menjadi tujuan wisata di Bengkulu. Mengingat selain warisan Inggris dan Belanda, ada pula warisan kerajaan Islam di Bengkulu.

Adalah Kesultanan Banten, salah satu kerajaan yang pernah menguasai wilayah ini dan menjadikannya sebagai salah satu vazalnya. Maka tidak bisa dipungkiri, bahwa nilai-nilai Islam pun tumbuh cukup baik di wilayah ini. Bahkan salah satu kerajinan tradisionalnya menggunakan hiasan huruf-huruf Arab, yaitu Batik Buserek. Meski demikian, pergulatan ideologi Islam di wilayah ini cukup kuat, sebab di antara tradisi komunitas Muslim yang berkembang adalah tradisi dari kalangan Syiah. Berupa peringatan kematian Husein di tanah Karbala, yang rutin digelar pada hari Asyuro 10 Muharram. Disebutnya pagelaran Tabot, berupa ritual di sekitar pantai.

Inilah Bengkulu dengan beragam nilai yang dicampurkan oleh banyak sejarah yang saling bertemu di wilayah ini. Secara teritori, ilmuwan mengatakan bahwa wilayah ini merupakan patahan bumi yang paling aktif di dunia sebagai potensi gempa. Maka wilayah ini semacam epicentrum dunia. Dan memang secara sejarah, wilayah ini juga merupakan titik potensial sebagai pusat operator. Misalnya Inggris pada tahun 1685, memilih wilayah ini sebagai pusat operasi perdagangan lada-nya setelah pelabuhan Banten direbut VOC. Maka berdirilah benteng-benteng di wilayah ini, seperti Benteng York dan benteng Marlborough.

Begitupun secara Sumber Daya Alam, wilayah ini juga menjadi titik kekayaan alam yang dimiliki negeri ini. Ada Kopi, Teh, dan Sawit sebagai hasil perkebunannya. Ada pula Batu Bara dan Emas sebagai hasil tambangnya. Bahkan terkait Emas, Bengkulu sempat menjadi pusat penambangan emas abad 19 hingga abad 20. Maka bila salah satu mercusuar Indonesia adalah Tugu Monas yang di atasnya bertengger kebanggaan bongkahan emas, sesungguhnya sebagian dari bongkahan itu adalah emas dari kabupaten Lebong provinsi Bengkulu.

Lebih lagi secara wisata, bahkan sudah lekat dengan slogan provinsi ini sebagai Bumi Raflesia. Karena di dusun Lubuk yang ada pada wilayah inilah dahulu pada tahun 1818 ditemukan pertama kali bunga terbesar di dunia dengan diameter 100 cm. Bunga itu kemudian dinamakan bunga Raflesia, karena yang menemukannya adalah Sir Thomas Raffles dan Dr. Arnoldy. Objek Raflesia inilah yang kini dijadikan ajang wisata tahunan ke wilayah ini.

Tak ketinggalan secara politik, wilayah ini juga menjadi wilayah simpul aktivis dan politisi negeri ini. Dahulu Belanda di tahun 1930-an, menjadikan wilayah ini sebagai tempat pembuangan aktivis-aktivis kemerdekaan Indonesia. Termasuk tokoh sekaliber Soekarno pun sempat dibuang di wilayah ini.

InsyaAllah peran epicentrum Bengkulu akan semakin kokoh dengan terdatanya titik-titik masjid di wilayahnya. Masjid sebagai simpul umat. Masjid sebagai operator nilai-nilai keadabannya. Mari jadikan Bengkulu semakin mempesona dengan masjid-masjidnya!


__________ 
Tim Humas JPRMI, 1 September 2016


Tidak ada komentar: