Rabu, 24 Mei 2017

LIMA GURU DARI LIMA PENJURU MASJID


Dia yang terpaut pada masjid. Ada yang menautkan diri pada masjid sepenuh kesadaran. Ada yang ditautkan orang pada masjid sepenuh keterpaksaan. Pun ada yang terpaut tanpa alasan jelas yang penuh kepentingan.


Begitulah masjid sebagai tonggak awal kehidupan sosial dan simpul-simpul alur kisah kehidupan selanjutnya, pada akhirnya juga menjadi kumparan segala ragam pembelajaran dari berbagai arahnya. Seperti mata angin yang memiliki makna-makna tersendiri, begitulah lima penjuru masjid juga menghadirkan makna-makna yang sekiranya bisa kita resapi.

Pertama: Makna Kesendirian

Ada penjuru kesendirian yang meninggalkan maknanya pada masjid. Seperti Gani yang menyepi di masjid.

Kesendirian bisa berarti diri yang kesepian atau menyepikan diri. Bila kita merasa kesepian, maka rasa sepi itu akan bermakna sesaat setelah memasuki masjid. Begitupun bila kita hendak menyepikan diri, maka dapatkan rasa sepi yang berpahala di masjid.

Kedua: Makna Kedukaan

Ada penjuru kedukaan yang meninggalkan maknanya pada masjid. Seperti Budi, Abian dan Usman yang melepas duka kegagalannya di masjid.

Kedukaan bisa karena diri tak siap dengan kegagalan menggapai cita atau lebih banyak karena tak pahami akan takdir baik dari-Nya. Padahal dengan kedukaan justru mungkin membuat kita berlimpah kebaikan yang hakiki, misalnya jadi lebih tertaut pada masjid. Toh, setelah merehatkan penat -akibat duka yang semula terasa tak siap kita terima itu- di masjid, ternyata akhirnya kita sadari kehidupan kita tetap baik-baik saja.

Ketiga: Makna Energi

Ada penjuru energi yang mengumpar pada masjid. Seperti Lukman yang mengisi energi usahanya di masjid.

Bahwa energi kehidupan ini hanya dari Allah yang Maha Kuasa. Maka bila usaha kita lesu atau bahkan mati, itu karena kita memutus pasokan energi dari sumber satu-satunya. Pun bila energi kita akhirnya membuat gerak usaha kehidupan menjadi liar, itu karena racikannya tak semurni dari-Nya. Maka kembalilah selalu pada masjid untuk mendapatkan kemurnian energi bagi setiap pekerjaan kita.

Keempat: Makna Kejahatan

Ada penjuru kejahatan yang makna sejatinya akan ditemui pada masjid. Seperti Bewok yang mengambil kotak amal di masjid.

Bahwa kejahatan itu selalu mengandung makna pembersihan dan pembenahan. Terlebih bila kejahatan terjadi di tempat kebaikan. Sebab memang bukan berarti kejahatan tidak akan terjadi pada tempat kebaikan. Pun sebab hajat pembersihan maupun pembenahan justru sebagian besarnya merupakan hajat bagi orang - orang di tempat kebaikan.

Setiap kejahatan adalah pengingat bahwa godaan dunia begitu kencang bila tak tertaut pada masjid. Setiap kejahatan adalah pengingat bahwa kebaikan yang saat ini bersemayam dalam diri adalah nikmat yang perlu disyukuri. Dan juga, setiap kejahatan adalah ujian yang akan menggugurkan dengan sendirinya sosok - sosok yang seakan baik namun berduri bagi sekumpulan orang baik.

Kelima: Makna Kegaduhan

Ada penjuru kegaduhan yang makna sebenarnya akan terungkap di masjid. Seperti Arde yang membuat gaduh di masjid.

Kegaduhan itu pertanda gejolak jiwa. Gejolak jiwa itu pertanda tak nyamannya hati. Tak nyamannya hati itu pertanda kebencian.

Makna kegaduhan seperti ini akan terungkap di simpul-simpul kebaikan seperti masjid yang hakikatnya syahdu menenangkan. Maka bila ada yang gaduh di masjid, sesungguhnya itu mengungkap jati dirinya yang penuh kebencian.

Epilog: Menjadi yang Terpaut

Menjadi yang terpaut pada masjid, akhirnya membuat kita menelisik diri pada tiga hal. Benarkah sepenuh kesadaran? Ataukah sepenuh keterpaksaan? Atau pula sepenuh kepentingan?

Semoga kita yang terpaut pada masjid sungguh karena memang hatinya yang terpaut. Agar sepinya hati tetap punya arti, dukanya hati tak hilangkan asa, energi hati bertemu sumber yang murni, jahatnya hati tak kian berlarut, serta gaduhnya hati terpental oleh tabuh.

Akhirnya, dari seruang masjid kita belajar bahwa siapapun manusia dengan baik-buruknya, sesungguhnya adalah guru bagi kita. Guru bagi segala makna-makna kesejatian hidup.

Maka tidak ada rasa lain saat ini kecuali rasa penasaran yang semakin menjadi pada film Lima Penjuru Masjid. Kita ingin berguru dari segala ragam karakter tokoh-tokoh pada film tentang seruang masjid itu. Semoga Lima Penjuru Masjid segera tayang, dan kita bisa kembali nonton bareng. Gak sabar!



pada damri yang merindu musholla pagi
Rabu, 24 Mei 2017

Irfan Azizi

Tidak ada komentar: