Senin, 15 Februari 2016

KETIKA KEAHLIAN MUSLIM DIBUTUHKAN KERATON TABANAN


Sebuah surat berbahasa Jawa masuk ke pemerintahan Batara Ngeluhur, namun saat itu tak satupun dari petinggi kerajaan yang bisa membaca isi surat. Maka sang Raja pun mencari orang yang bisa membacakannya. Hingga bertemulah dengan seorang anak muda dari desa Temenggungan (Blambangan / Banyuwangi – Jawa Timur) yang sedang bekerja pada salah satu keluarga di daerah itu; namanya Aryo Nur Alam.


Kemampuan Aryo membacakan surat itu membuat Raja memilihnya menjadi Juru Bahasa Keraton Tabanan. Dan sebagai rasa terima kasih, sang Raja pun menikahkan Aryo dengan seorang putri Raja. Pernikahan inilah yang menjadi titik perkembangan Islam di Tabanan. Sebab, sang istri mengikut agama suaminya; sehingga akhirnya masyarakat Tabanan mulai mengenal Islam dari mereka berdua. Aryo sendiri telah berada di Tabanan sejak tahun 1808 M atau kira-kira berusia 15 tahun, yang mungkin saja sejak tahun-tahun itu masyarakat di Tabanan sedikit-banyak mulai mengenal agama Islam yang dipeluknya.

Pada akhirnya, tidak sedikit dari masyarakat yang kemudian turut memeluk Islam. Bahkan dari suami-istri ini, kemudian lahir keturunan-keturunan yang menjadi tokoh agama Islam di Tabanan. Utamanya adalah anaknya yang bernama Raden Mustafa dan cucunya yang bernama Raden Saleh. Aryo Nur Alam yang wafat tahun 1284 H / 1873 M, kini menjadi kenangan bagi masyarakat Muslim di Tabanan secara umum maupun bagi komunitas Kampung Jawa secara khusus. Kampung Jawa ini kelak disebut Kampung Islam karena masyarakatnya Muslim, dan juga kelak disebut Tunggal Sari karena masyarakat Muslim yang menetap di situ berasal dari banyak daerah. Kini di kampung itu terdapat sekitar 500-an KK atau 2500-an jiwa.

Sejarah pertautan Aryo Nur Alam dengan Raja Tabanan inilah yang hingga kini menjaga hubungan baik komunitas Muslim dengan keluarga kerajaan. Maka para tokoh Muslim selalu mendapat tempat istimewa di kegiatan-kegiatan Keraton. Namun ada poin yang lebih penting dari itu, bahwa saat seorang Muslim memiliki keahlian yang unik sehingga lingkungan sekitar hingga yang non Muslim membutuhkannya, maka saat itulah terbuka baginya untuk berinteraksi dengan siapapun. Saat itu pula, semakin banyak orang yang akan mengenal Islam dari pribadi Muslim tersebut.



Jakarta, 15 Februari 2016

Muhammad Irfan Abdul Aziz
SMART (Studi Masyarakat untuk Reformasi Terpadu)


2 komentar:

Billy Antoro mengatakan...

Setuju! Muslim dikenal baik bukan sekadar kegiatan ibadahnya, melainkan kesalehan sosialnya yg membuat masyarakat di sekitarnya merasa terbantu olehnya.

Irfan Azizi mengatakan...

Terima kasih sdh mampir, mas Billy... :)