Sabtu, 22 Juni 2024

Bilapun Berselisih, Jangan Sampai Berbantahan

 
 
Dalam berjama'ah, sangat mungkin muncul persoalan-persoalan. Termasuk persoalan yang membuat situasi dan kondisi tidak nyaman. Tetapi bila dicermati, persoalan-persoalan itu sebagian besarnya merupakan persoalan administratif-organisatoris yang berjangka. Sehingga bisa dievaluasi setiap putaran periode kepengurusan, atau bisa dievaluasi lima tahunan. Adapun yang langgeng itu dhawabith, ini yang mesti dijaga. Jadi kalau ada persoalan pada taraf administratif-organisatoris, sementara dhawabithnya (unsur yang mengikatnya) masih dijaga, maka InsyaAllah masih baik dan bisa diperbaiki.

 
Dhawabith kita adalah Al Quran. Itu yang langgeng, dan tidak boleh berubah. Harus tetap jadi acuan dan pegangan sepanjang masa. 

Allah subhanahu wata'ala berfirman dalam surat At Taghabun ayat 16:
فَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ مَا ٱسْتَطَعْتُمْ وَٱسْمَعُوا۟ وَأَطِيعُوا۟ وَأَنفِقُوا۟ خَيْرًا لِّأَنفُسِكُمْ ۗ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِۦ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ
"Maka bertakwalah kalian kepada Allah menurut kesanggupan kalian dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah yang baik untuk diri kalian. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung."

Jadi, tetaplah bertakwa kepada Allah dengan kesanggupan kita. Dengar dan taat pada perintah-Nya. Jangan lepas dari dhawabith itu. 

Masing-masing kita punya perbedaan. Ada yang dominan sebagai orang lapangan, ada yang unggul secara spiritual, ada yang menonjol secara akademis. Tapi juga tak menutup kemungkinan ada yang memiliki keunggulan di ketiganya.

Seperti sahabat Abu Dzar al Ghifari radhiyallahu anhu. Ia tampil sebagai sosok _Rijal Maidani - Ruhi - Akademisi_. Bila kita cermati hadits-hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dzar, maka akan kita dapati sabda-sabda Rasulullah yang merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan Abu Dzar. Begitulah sosok akademisi-nya yang terus mencari ilmu dan jawaban. 

Tapi, ia sesungguhnya juga sosok yang kuat spiritual, bukan saja kuat intelektual. Sebagaimana tergambar pada salah satu riwayat saat ia berhasrat untuk bisa bersedekah seperti orang-orang yang mendapat karunia harta. Sosoknya selalu haus ibadah.

Bahkan, bila kita ingat detik-detik awal keislamannya, kita mendapati gambaran sosoknya yang tak ragu terjun ke lapangan. Ia yang baru berislam, segera menyatakan keislamannya di depan umum. Atau seperti pada episode Tabuk, yang menceritakan bahwa Abu Dzar menyusul rombongan walau harus sendirian menerobos padang pasir.

Dalam penataan keunikan-keunikan inilah bisa saja muncul perselisihan. Hal seperti itu lumrah saja. Namun yang perlu diingat, bilapun ada perselisihan janganlah berbantahan.

Ingatlah firman Allah di surat Ali Imran ayat 105:
وَلَا تَكُونُوا۟ كَٱلَّذِينَ تَفَرَّقُوا۟ وَٱخْتَلَفُوا۟ مِنۢ بَعْدِ مَا جَآءَهُمُ ٱلْبَيِّنَٰتُ ۚ وَأُو۟لَٰٓئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
"Dan janganlah kalian menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat."

Juga surat Al Anfaal ayat 46:
وَأَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَلَا تَنَٰزَعُوا۟ فَتَفْشَلُوا۟ وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ ۖ وَٱصْبِرُوٓا۟ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ
"Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kalian berbantah-bantahan, yang menyebabkan kalian menjadi gentar dan hilang kekuatanmu, dan bersabarlah, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar."

Jadi, meskipun perselisihan itu merupakan hal yang lumrah karena adanya keunikan-keunikan individu, namun jangan berbantahan. Sebab, aslinya tanaza' (berbantahan) itu tidak ada. Ia muncul saat kita mulai defisit rahmat. 

Begitulah. Bilapun berselisih, jangan berbantahan. Demi terwujudnya kesatuan aqidah, kesatuan barisan, kesatuan jalan, dan kesatuan kepemimpinan.
 
[SM, 2023]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar